Sunday, 14 April 2013


Dasar dari filsafat yaitu memikirkan sesuatu yang belum kita ketahui atau suatu usaha untuk mendapatkan gambaran kesempurnaan, filsafat berusaha untuk mengkombinasikan hasil bermacam-macam sains & pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang alam. 
Disini banyak pertanyaan - pertanyaan pokok yang dipertayakan mislanya : ”Apakah kehidupan itu dan mengapa aku berada di sini? Mengapa ada sesuatu? Apakah kedudukan kehidupan dalam alam yang besar ini? Apakah alam bersahabat atau bermusuhan? Apakah yang terjadi itu terjadi secara kebetulan atau karena mekanisme atau karena ada rencana atau ada maksud atau pikiran dari dalam benak? Apakah kehidupan itu dikontrol seluruhnya atau sebgaian? Mengapa menusia berjuang dan berusaha untuk mendapatkan hak, keadilan, perbaikan dikemudian hari? apakah arti konsep hak dan kewajiban dan apakah ciri-ciri masyarakat yang baik ?”. Disini penulis akan momostingkan tentang Etika dan Filsafat Komunikasi, selamat belajar?.
Manusia sebagai Animal Symbolicum :
Filsafat Manusia Ernst Cassirer (1874-1945)
Dapat disimpulkan bahwasannya hewan dan manusia memiliki kehidupan yang berbeda, hewan dalam berinteraksi dengan sesama spesiesnya dapat saling langsung merespon tanpa berfikir dahulu, sangat berbeda dengan manusia dalam berinteraksi manusia terlebih dahulu mengolah  dan berfikir dahulu sebelum merespon dari apa yang ditangkap. Tanpa simbolisme kehidupan manusia terkurung dan tidak dapat merauk keluar hidup manusia akan lebih maju dan berkembang atas dasar simbolik. Manusia dapat berinteraksi dengan sesamanya menggunakan simbolik dan dapat melangsungkan kehidupannya dengan kerjasama.
Dengan pencapaian baru ini, maka kehidupan manusia segera mengalami perubahan yang sangat fundamental sekali. Manusia benar-benar hidup dalam dimensi realitas yang baru. Manusia tidak lagi hanya sekedar  merespon  lingkungannya  secara  instingtual  dan langsung,  tetapi secara intelektif mampu mengendalikan refleks biologis menjadi respons-respons interpretatif dan bahkan manipulatif. Dengan cara ini manusia tidak semata-mata hidup dalam dunia fisik semata-mata, tetapi ia  hidup juga dalam suatu dunia simbolis.
Pemikiran  simbolis dan tingkah laku simbolis merupakan ciri khas yang betul-betul khas manusiawi dan  seluruh kemajuan  kebudayaan manusia mendasarkan diri pada kondisi-kondisi itu. Dari sinilah manusia menyusun realitas kebudayaannya yang secara umum merupakan  hasil dari proses simbolisasi dalam  hidup  dan kehidupannya. Oleh karenanya apabila kita ingin mengetahui realitas  terdalam dari hidup dan kehidupan manusia hendaknya kita telurusi dari kemampuan simbolisnya ini. Dari dasar pandangan ini Ernst Cassirer kemudian merumuskan definisi baru  terhadap hakekat manusia yakni, Animal Symbolicum (hewan yang bersimbol). Menurutnya, definisinya  tersebut bukan bermaksud untuk menggantikan definisi  yang  telah  klasik, yakni animal  rationale (hewan  yang  berakal).
Tetapi  dengan definisi tersebut ia berusaha untuk mengoreksi dan memperluas  dimensi pengertian yang  dikandungnya. Rasionalitas memang sifat yang melekat pada seluruh aktifitas manusia, tetapi definisi ini banyak menyimpan kesulitan-kesulitan tersendiri terutama dalam kaitannya dengan fakta-fakta kebudayaan manusia. Fakta-fakta kehidupan manusia  manusia terutama sekali kebudayaannya tidaklah semata-mata bersifat  rasional, tetapi kadangkala bersifat irrasional  dan emosional.
 



Categories:

0 comments:

Post a Comment