
Disini banyak pertanyaan - pertanyaan
pokok yang dipertayakan mislanya : ”Apakah kehidupan itu dan mengapa aku berada
di sini? Mengapa ada sesuatu? Apakah kedudukan kehidupan dalam alam yang besar
ini? Apakah alam bersahabat atau bermusuhan? Apakah yang terjadi itu terjadi
secara kebetulan atau karena mekanisme atau karena ada rencana atau ada maksud
atau pikiran dari dalam benak? Apakah kehidupan itu dikontrol seluruhnya atau
sebgaian? Mengapa menusia berjuang dan berusaha untuk mendapatkan hak,
keadilan, perbaikan dikemudian hari? apakah arti konsep hak dan kewajiban dan
apakah ciri-ciri masyarakat yang baik ?”. Disini penulis akan momostingkan
tentang Etika dan Filsafat Komunikasi, selamat belajar?.
Manusia sebagai Animal Symbolicum :
Filsafat Manusia Ernst Cassirer (1874-1945)
Dapat disimpulkan bahwasannya hewan dan
manusia memiliki kehidupan yang berbeda, hewan dalam berinteraksi dengan sesama
spesiesnya dapat saling langsung merespon tanpa berfikir dahulu, sangat berbeda
dengan manusia dalam berinteraksi manusia terlebih dahulu mengolah dan
berfikir dahulu sebelum merespon dari apa yang ditangkap. Tanpa simbolisme
kehidupan manusia terkurung dan tidak dapat merauk keluar hidup manusia akan
lebih maju dan berkembang atas dasar simbolik. Manusia dapat berinteraksi
dengan sesamanya menggunakan simbolik dan dapat melangsungkan kehidupannya
dengan kerjasama.
Dengan pencapaian baru ini, maka kehidupan
manusia segera mengalami perubahan yang sangat fundamental sekali. Manusia
benar-benar hidup dalam dimensi realitas yang baru. Manusia tidak lagi hanya
sekedar merespon lingkungannya secara instingtual
dan langsung, tetapi secara intelektif mampu mengendalikan refleks
biologis menjadi respons-respons interpretatif dan bahkan manipulatif. Dengan
cara ini manusia tidak semata-mata hidup dalam dunia fisik semata-mata, tetapi
ia hidup juga dalam suatu dunia simbolis.
Pemikiran simbolis dan tingkah laku
simbolis merupakan ciri khas yang betul-betul khas manusiawi dan
seluruh kemajuan kebudayaan manusia mendasarkan diri pada kondisi-kondisi
itu. Dari sinilah manusia menyusun realitas kebudayaannya yang secara umum
merupakan hasil dari proses simbolisasi dalam hidup dan
kehidupannya. Oleh karenanya apabila kita ingin mengetahui realitas
terdalam dari hidup dan kehidupan manusia hendaknya kita telurusi dari
kemampuan simbolisnya ini. Dari dasar pandangan ini Ernst Cassirer kemudian
merumuskan definisi baru terhadap hakekat manusia yakni, Animal
Symbolicum (hewan yang bersimbol). Menurutnya, definisinya tersebut
bukan bermaksud untuk menggantikan definisi yang telah
klasik, yakni animal rationale (hewan yang
berakal).
Tetapi dengan definisi tersebut ia
berusaha untuk mengoreksi dan memperluas dimensi pengertian yang
dikandungnya. Rasionalitas memang sifat yang melekat pada seluruh aktifitas
manusia, tetapi definisi ini banyak menyimpan kesulitan-kesulitan tersendiri
terutama dalam kaitannya dengan fakta-fakta kebudayaan manusia. Fakta-fakta
kehidupan manusia manusia terutama sekali kebudayaannya tidaklah
semata-mata bersifat rasional, tetapi kadangkala bersifat irrasional
dan emosional.
0 comments:
Post a Comment