Friday 20 September 2013



Menara Siger adalah menara yang juga menjadi titik nol Sumatra di selatan. Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. dalam peresmian Menara Siger, 30 April 2008, menyatakan optimistis Menara Siger akan mendorong kemajuan Lampung. Peresmian ini ditandai dengan penekanan sirine, penandatanganan prasasti, serta penglepasan merpati bersama puluhan duta besar. Dengan iringan lagu Mars Lampung oleh Korps Musik (Korsik) Pemprov Lampung, Ny. Truly Sjachroedin menggunting rangkaian melati di pintu masuk bangunan menara enam lantai tersebut. Gubernur memasuki menara bersama duta besar Kroatia, Sri Lanka, Jepang, Palestina, Afghanistan, Singapura, Filipina, keluarga Sultan Banten dan Sultan Kanoman Cirebon. Peresmian ini juga diwarnai pembukaan stan seluruh kabupaten/kota.
Gubernur yakin Menara Siger akan mendongkrak pendapatan asli daerah (PAD) hingga 15%. Angka itu berdasarkan perkiraan jumlah kendaraan 3.500 unit per hari dan 15 juta orang per tahun yang melintasi Pelabuhan Bakauheni. Dengan asumsi 15 persen saja singgah ke Menara Siger, maka setiap tahun akan menghasilkan pendapatan Rp12,5 miliar.
Pendirian Menara Siger mengawali pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) —penghubung Bakauheni—Merak. Menara Siger terbangun di atas bukit sebelah barat Pelabuhan Bakauheni. Bangunan tersebut dilengkapi dengan sarana informasi mengenai peta wisata seluruh kabupaten/kota se-Lampung. Menurut Sjachroedin, Menara Siger bukan monumen masa lalu, tetapi bangunan masa depan yang akan jadi fenomena masyarakat Lampung.
Menara Siger sebagai karya besar dan sekaligus dapat menjadi representasi tonggak pembangunan menuju pembangunan dan karya yang besar bagi daerah propinsi Lampung, bila melihat menara Siger akan terbayang sebuah mahkota yang dibangun disebuah bukit dan orang sudah mennginterprestasikan bahwa bangunan tersebut mengrepresentasikan simbol budaya Lampung, dimana di atas puncak terdapat tiga buah payung berwarna putik – kuning dan merah sebagai simbol tatanan sosial masyarakat Lampung, dan di menara Siger terdapat ada tower yang dapat melihat panorama laut yang bermakna profan.
Peresmian menara Siger mengusik kembali suatu wacana kebudayaan bagi propinsi Lampung, sebuah obsesi yang besar sudah dimulai dan diwujudkan dengan diresmikan pada tanggal 30 Mei 2008 dan merupakan wujud riil oleh seorang pemimpin daerah yang ingin mengkulturasikan Lampung sehingga bumi Lampung menjadi sebuah wilayah yang hidup didalam lilitan indigenious culture. Kini Lampung tampil dengan wajah dan wilayah yang khas hidup dalam karakter budaya lokal seperti layaknya masyarakat di Bali, Lombok, Minangkabau, Flores, Sulawisi; Bugis – Toraja dan tradisi kerjaan Mataram di Yogyakarta. Menara Siger tidak dilihat diri aspek fisiknya saja tetapi bangunan ini mengandung nilai budaya dan sejarah dalam bentuk sebuah artefak yang membentuk kosmologi dalam setiap ruang kehidupan, sehingga setiap orang yang melihat dan berada di menara ini akan mengetahui seperti apakah gerangan Lampung ini.
Apakah Menara Siger Akan Menciptaka Makna Setelah peresmian sejak tanggal 30 Mei 2008 yang kini diserahkan kepada pihak Dinas Kepariwisataan dan Kebudayaan untuk mengelola bersama sebuah Badan Otoritas yang akan bertanggung jawab memelihara dan menghidupkan Menara Siger dengan berbagai kegiatan gedung ini, dalam sambutan Bapak Gubernur kegiatan diantaranya mulai pentas seni sampai kegiatan yang bersifat edukative.
Menara Siger yang tadinya lahir dari sebuah visioner yang dilahirkan sebuah semangat revitalisasi budaya Lampung dengan peresmian ini tentu merupakan suatu yang baik dan harus mampu untuk mengisi pesan yang disampaikan oleh Gubernur ketika dalam acara pembukaan. Karena semangat menara Sigir merupakan identitas dan diciptakan harus kelak mampu memunculkan pencipta – pencipta yang lain yang mampu membuat identitas itu betul-betul mengalir hidup dalam mayarakat Lampung yang mampu menyelimuti bangunan monumental Siger ini yang direpresentasikan dengan berbagai isian baik kegiatan dalam bentuk seni dan budaya dan yang paling penting adalah dalam bentuk kosmologi stuktur kehidupan masyarakat.
Memang tidak mudah bagi sebuah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lampung dan Badan Otorita yang akan mengurus dan mengisi gedung ini, karena tidak saja dilihat dari aspek budaya sebagai suatu paket integral pariwisa melainkan diperlukan sebuah grand design yang sangat comprehensive untuk mengisi pesan dari menara Siger ini, dan jangan sampai kegiatan paket budaya menjadi subordinat pariwisata. Budaya jangan dimaknai sebatas seni atau pertujukan rekreative, prosesi adat dimaknai sebagai acara tontonan, event akbar dan kegiatan prosesi adat hendaknya jangan hanya dikemas dalam bentuk suatu kegiatan belaka, tetapi perlu di design suatu paradigma yang mampu menyiratkan budaya sebagai bagian integral kehidupan masyarakat.
Apa Isi Menara Siger. Bila hendak mengikuti sebuah tradisi tafsir, kebudayaan memiliki makna seperangkat system symbolic yang mengandung makna yang kaya, pengetahuan, nilai, azas dan segala referensi yang dapat dijadikan pegangan manusia yang berhubungan dan interaksi dengan sebuah lingkungan, bahwa budaya mampu memiliki adaptive, inovative, creative productive, maka makna symbolic senantiasa hadir dalam kontek tersebut, kerena kehidupan tidak serta merta hadir dalam suatu lingkungan dan kehidupan masyarakat. Makna symbolik dapat berbentuk artefak ukir, sulam, topeng dan benda-benda simbalik lainnya, budaya sendiri dapat berbentuk gerak, tuturan dan juga yang berbentuk tampak dalam sebuah ritual, kekuasaan dan sistem sosial. Oleh karena itu menara Siger harus mampu diisi dengan suatu perspektif entitas simbol, cerita dan kisah yang mempunyai maksud dan makna.
Sebagai salah satu contoh produk yang sangat perlu diisi diantaranya adalah suatu cetakan, karena dalam isian dari menara Siger berbentuk simbolik, maka makna yang hadir dalam kontak harus diketahui dan dikenal orang lain, dan tentu ini tidak mudah kalau bukan penyampaiannya melalui suatu informasi baik dalam berbentuk : tourist information center, web basis atau bentuk cetakan, karena bila tidak akan sangat sukar bagi orang luar mambayangkan. Sehingga informasi yang dikeluarkan akan menjadi suatu sharing makna dan menjadi milik bersama. Sehingga menara Siger mampu memancarkan dan menyebarluaskan makna simbolis budaya Lampung kepada baik bagi masyarakat Lampungnya sendiri dan kepada orang lain / pendatang atau wisatawan sehingga pancaran entitas budaya yang mampu menularkan makna-makna simbolis dan kemudian menara Siger memancarkan sinar makna cultural, sehingga menara Siger ini digandrungi untuk di kunjungi baik oleh excortionist maupun tourist dan melaku kan tours [ learn, study and search ] di menara Siger.
Categories:

0 comments:

Post a Comment